Kamis, 25 Februari 2016

Pengertian Agama Islam

Agama Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw. sehingga untuk mengerti / memahami Islam haruslah bersandar kepada informasi dari Allah (Al Quran) dan Nabi Muhammad saw (Hadits). Hanya Sang Pembawa Risalah (Nabi) yang berwenang memberi pengertian tentang agama yang dibawanya. Penilaian seseorang terhadap sesuatu sangat tergantung kepada pengetahuan dan pemahaman orang tersebut kepada sesuatu yang dinilainya. Dalam Al Qur'an Allah berfirman: " wa ma utiitum minal 'ilmi illa qaliilaa " (dan tidaklah Aku memberikan ilmu kepada manusia kecuali sedikit), juga firmanNya yang lain: " innahu kaana dzaluuman jahuula " (sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan bodoh). Oleh karenanya, manusia itu perlu diberi petunjuk dan dibimbing. Allah memberi petunjuk melalui RasulNya, dan Rasul itulah yang memberi bimbingan kepada manusia berdasar wahyu Allah. Manusia diciptakan oleh Allah dan Allah pula yang mengurusnya, bahkan seluruh alam ini. Dengan demikian Islam adalah agama sejak adanya manusia dan syariatnya (aturannya) terus berkembang sesuai perkembangan zaman, hingga akhirnya Allah menyempurnakan agama Islam dengan syariat yang dibawa oleh RasulNya (Muhammad saw) sebagai penutup nabi dan Rasul sebelumnya dan tidak ada lagi nabi maupun Rasul yang diutus sesudahnya. Dalam Al Quran surat Al Maidah ayat 3 Allah berfirman: "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmatKu atasmu dan telah kuridhoi Islam menjadi agamamu". Itulah Agama Allah yakni Islam, agama yang sempurna, yang tidak ada keraguan atasnya. dan barangsiapa yang beragama selain agama Islam maka tidak akan diterima oleh Allah karena agama tersebut bukan Agama Allah.
 B. Fungsi Agama Islam
Setelah kita mengkaji pengertian agama menurut Barat dan terserlahnya perbedaan agama Islam dengan agama-agama lain ada baiknya kita mengetahui ciri-ciri Islam itu sendiri, kerana dengan mengetahui ciri-ciri ini kita dapat mengetahui keistimewaan Islam.
1. Rabbaniyyah. Bahwa Islam adalah agama yang secara sah dan rasmi diturunkan oleh Allah. Syari’at yang ada didalamnya adalah wahyu, bukan ciptaan manusia bahkan bukan juga rekaan Nabi (Yunus:15). Ini bermakna Islam adalah agama untuk seluruh ummat manusia di mana juga mereka berada dan hingga ke akhir zaman (al-Anbiya’:107).
2. Agama Islam itu bersesuaian dengan fitrah dan akal manusia. Segala hukum yang telah diturunkan oleh Allah tidak bertentangan dengan akal sehat manusia, bahkan akal tersebut jika betul-betul digunakan ia akan menemukan keagungan dan keesaan Allah. Adapun yang nampak bertentangan ialah kerana akal manusia(kerana keterbatasannya) tidak dapat memahami dan mentafsirkan apa yang dikehendaki dan dimaksudkan oleh Allah. Segala apa yang disyari’atkan itu pada hakikatnya sesuai dan menepati fitrah manusia, kerana Allah sajalah yang amat mengetahui hakikat dan kejadian manusia(al-Rum:30,al-Baqarah:164).
3. Agama Islam itu mudah dan Jelas. Allah tidak mensyari’atkan sesuatu yang diluar kemampuan manusia, disamping itu juga Allah telah memberikan keringanan (rukhsah) pada keadaan-keadaan tertentu. Di dalamIslam tidak ada sesuatu ayng sulit difahami kerana kerumitannya. Asas tauhid Islam jelas kerana segalanya telah diterangkan oleh al-Qur’an, tidak ditokok-tambahkan oleh golongan tertentu, sebagaimana yang terjadi pada sebahagian agama. Seseorang itu mempunyai akses langsung kepada Allah tanpa perlu adanya perantara, semua orang sama taraf disisi Allah. Dalam Islam tidak ada pendeta-pendeta yang mengatasnamakan tuhan dan mempunyai hak istimewa ditaati dan memberikan ampunan.
4. Syumuliyyah. Ini bermakna bahwa islam memberikan teori yang lengkap dan mendalam tentang alam semesta bagaimana ia diciptakan, ciri-cirinya dan bagaimana ia berjalan mengikuti ketetapan Allah. Begitu juga tentang penciptaan manusia dan kehidupan.
5. Agama Islam juga bercirikan al-wasatiyyah atau tawazun (moderate). Posisi Islam tidak terlalu menumpukan pada ruhaniyyah sehingga melupakan material, Islam merangkumi dunia dan akhirat tidak menumpukan pada akhirat sehingga melupakan dunia dan Islam juga tidak menghinakan dunia, akan tetapi menempatkannya pada tempat yang betul. Islam juga memberikan gambaran yang tidak ekstrim dalam sesuatu hal tetapi tegas dalam hal yang berkaitan dengan prinsip, individu dan masyarakat sama pentingnya tidak boleh mengorbankan maslahah orang ramai demi kepentingan individu tetapi tidak pula maslahah orang ramai dijadikan legalisasi untuk mengorbankan kepentingan individu.
6. Al-ijabiyyah, Islam adalah agama yang positif. Islam memberikan kesan yang positif dalam kehidupan manusia, hubungannya dengan sesama manusia dan hubungannya dengan Allah akan semakin erat. Ini dapat dibuktikan dengan kehidupan seorang muslim yang lebih tenang dan bahagia dibanding dengan orang tidak beragama atau yang beragama lain. Seorang muslim tahu akan kebahagiaan sebenar yang jauh dari materialistic, ia selalu merasa adanya perlindungan dan rahmat Allah.
7. Agama Islam juga adalah agama yang realistic (al-waqi’iyah), tidak idealis. Setiap hukum dalam Islam mengambil kira keadaan manusia dan memberikan keringanan bila berhalangan. Oleh kerana itu tidak boleh dikatakan tidak sesuai dengan perkembangan zaman, kerana fiqih Islam sebenarnya dapat menjawab segala masalah/perkembangan baru dalam kehidupan manusia, selama pintu ijtihad terbuka kepada mujtahid.
C. Tujuan Agama Islam
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih sensibilitas individu sedemikian rupa, sehingga dalam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan keputusan begitu pula pendekatan mereka terhadap semua ilmu pengetahuan diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan.
Dengan pendidikan Islam itu mereka akan terlatih dan secara mental sangat berdisiplin sehingga mereka ingin memiliki pengetahuan bukan saja untuk memuaskan rasa ingin tahu intelektual atau hanya manfaat kebendaan yang bersifat duniawi, tetapi juga untuk tumbuh sebagi makhluk yang rasional, berbudi dan menghasilkan kesejahteraan spiritual, moral dan fisik keluarga mereka, masyarakat dan umat manusia.
Pendidikan Islam yang memiliki tujuan besar dan universal ini, bukan berlangsung temporal, tapi dilakukan secara berkesinambungan. Artinya tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas-batas tertentu, terhitung sampai dunia ini berakhir.
Pendidikan yang memiliki makna demikian ini adalah menjadi tujuan terpenting dalam kehidupan, baik secara individu maupun keseluruhan. Kita telah memahami, sasaran pendidikan dan pembinaan ini adalah kemaslahatan umat. Dengan demikian asas yang paling hakiki dari sebuah pendidikan adalah mencapai keridhaan Allah SWT, seperti termaktub dalam firman Allah : “ Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia, `hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah.` Akan tetapi (dia berkata), `Hendaklah kamu menjadi orang-orang Robbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.(3: 79).
D. Ruang Lingkup Agama Islam
Islam berasal dari kata Aslama yang merupakan turunan (deviasi) dari kata assalmu, assalamu, assalamatu yang artinya bersih dan selamat dari kecacatan lahir batin. Dari asal kata ini dapat disimpulkan bahwa Islam mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya kepada kehendak Allah. Kepatuhan dan ketundukan kepada Allah itu melahirkan keselamatan dan kesejahteraan diri serta kedamaian kepada sesama manusia dan lingkungannnya.
Pengertian Islam secara terminologis diungkapkan Ahmad Abdullah Almasdoosi (1962) bahwa Islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia digelarkan ke muka bumi, dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Alquran yang suci yang diwahyukan Allah kepada Nabi-Nya yang terakhir, Nabi Muhammad SAW.
Dari kajian tentang agama tadi kita dapat menyimpulkan bahawa Islam bukanlah sekadar agama yang membangun spiritual sesuatu masyrakat, Islam tidak cukup dengan menjalankan solat lima waktu, puasa, zakat dan Haji. Pandangan yang sempit terhadap Islam adalah hasil sekularisasi, dengan tidak disedari telah merasuk kedalam pemikiran ummat Islam.
Lebih daripada itu Islam adalah cara hidup (way of life). Agama Islam memberi jawapan kepada pertanyaan abadi kehidupan (eternal question of life ) pertanyaan tersebut adalah darimanakah asal-usul manusia? Kemanakah mereka akan pergi dan apakah arti kehidupan ini?. Dari mula lagi Islam telah memberikan jawapan kepada persoalan tersebut dengan jelas. Bahkan menyediakan jalan bagaimana manusia harus hidup agar mereka tidak sia-sia dan sesat dengan menerangkan bahwa satu-satunya cara untuk selamat adalah dengan menuju kearah al-sirat al-mustaqim (jalan yang lurus)
Selain mambangun insan yang bermoral Islam juga membangun tamadun yang luhur, Islam tidak sepatutnya dipisahkan dari politik dan kemasyarakatan. Manusia sebagai khalifah berfungsi untuk memastikan hukum Syari’at Allah berlaku di bumi ini. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa nabi sendiri membangun sebuah negara dan mengatur sistem kemasyarakatan (sosial order). Bahkan sebenarnya Islam tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya tanpa tegaknya negara Islam yang bertanggungjawab melaksanakan Syari’at Allah.
Konsep Ibadah dalam Islam jauh lebih luas daripada apa yang dinamakan sembahyang dalam sesuatu agama. Worship atau sembahyang tidak dapat disamakan dengan ibadah. Ibadah sepertimana yang dijelaskan oleh Ibnu Taimiyyah adalah istilah yang merangkumi segal perbuatan yang disenangi dan diredhai Allah S.W.T. Oleh kerananya ibadah itu dapat terlaksana dengan mematuhi segala apa yang diperintahkan Allah. Dengan kata lain Ibadah merupakan gambaran yang menyeluruh daripada agama (ad-din).

Islamic

Pengertian Iman Dalam Agama Islam

Pengertian Iman Dalam Agama Islam
Pengertian Iman Dalam Agama Islam - Iman (bahasa Arab:الإيمان) secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن) -- yukminu' (يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.
Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.
Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.

“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
—QS. Al Fath [48] : 4
Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.”

Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil.

Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup.

Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)."
Jadi,dapat di simpukan,seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi unsur unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, unsur unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

Keimanan adalah hal yany paling mendasar yang harus dimiliki seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.Maka pegang teguhlah keimanan yang sudah anda miliki!!!


Close Ad